Tata krama adalah suatu aturan yang diwariskan
turun temurun untuk mengatur hubungan antara individu satu dengan individu
lainnya. Tata krama bertujuan untuk menimbulkan saling pengertian,
hormat-menghormati dan penghargaan menurut adat yang berlaku di suatu
masyarakat. Tata krama umumnya mengandung nilai lokal, yaitu hanya berlaku pada
daerah tertentu saja. Untuk itulah tata krama satu suku bangsa dan yang lainnya
bisa berbeda-beda.
Tata
krama yang akan kita bahas adalah tata krama Jawa. Dalam tata krama Jawa, ada
etika dan sopan santun yang harus dipenuhi. Ini tidak terlepas dari sifat halus
dan kasar. Tata krama jawa mengatur semua hubungan mencakup antara manusia
dengan Tuhan, manuia dengan lingkungan dan manusia dengan manusia yang lainnya.
Etika yang ada antara manusia dan manusia dibedakan
dalam tata krama Jawa. Antara orang muda kepada orang tua memiliki etika
tersendiri, berbeda dengan etika yang ada antar orang yang sebaya atau antara
orang yang lebih tua ke orang yang lebih muda. Dengan pengelompokan ini membuat
manusia Jawa diharuskan berbicara dan berperilaku dengan melihat posisi, peran
serta kedudukan dirinya di hadapan orang lain.
Tata krama ini tidak hanya tampak pada tiga jenis
bahasa yang digunakan yakni Krama Alus, Krama Madya dan Ngoko. Tata krama ini
juga diwujudkan dalam gerakan dan bahasa tubuh merupakan isyarat yang dipahami
secara universal. Dengan melihat dari kejauhan saja kita bisa tahu posisi
seseorang terhadap orang lainnya dari gesture atau gerak badannya cara
berbicaranya. Tata krama yang menonjol dalam keluarga Jawa adalah adanya
perbedaan dalam percakapan sehari-hari dengan keragaman bahasa yang digunakan.
Krama inggil adalah bahasa yang digunakan untuk
menghormati seseorang yang diajak bicara, termasuk juga di dalamnya dari
tingkah laku, cara duduk, raut muka, pandangan, dan lain sebagainya. Umumnya tata krama Jawa
diajarkan sejak kecil sehingga dapat menjadi sebuah kebiasaan yang tidak akan
dilupakan sampai seseorang tua. Tentu saja dalam penggunaannya, tata krama Jawa
sangat fleksibel mengikuti keadaan yang ada pada saat seseorang berada di suatu
tempat dan kondisi.
Namun sayangnya tata krama Jawa ini mulai luntur
dan tidak lagi diajarkan dengan baik kepada generasi muda. Generasi muda yang
mengaku orang Jawa sudah
jarang yang mengerti mengenai hakekat dan makna tata krama Jawa. Orang Jawa
yang lahir di luar komunitas Jawa, misalnya di Jakarta atau di luar pulau
bahkan hampir tidak bisa berbahasa Jawa. Padahal esensi tata krama Jawa itu ada
pada bahasanya. Olah gerak tubuh yang baik, sikap yang sopan tidak akan lengkap
dan bermakna tanpa bahasa yang halus dan sopan. Oleh karena itu perlu adanya
gerakan untuk kembali memahami hakekat tata krama dan budaya Jawa sebagai
sebuah jati diri, bukan hanya sebagai peninggalan nenek moyang yang perlu
dilestarikan. (iwan)
source : http://semangatku.com/128/sosial-budaya/mengenal-tata-krama-etika-dan-sopan-santun-jawa/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar