Konsonan
merupakan bunyi yang timbul akibat udara yang keluar dari paru-paru melalui
rongga hidung. Udara yang keluar melalui rongga hidung akan menghasilkan bunyi
sengau atau nasal.
Berdasarkan daerah artikulasinya bunyi dibedakan
menjadi bunyi bilabial menghasilkan bunyi [b] [p], dental/alveloar mnghasilkan
bunyi [d] [t], palatal menghasilkan bunyi [j] [c], velar menghasilkan bunyi [g]
[k], dan pertemuan antara bibir bawah dan gigi atas (labiodental) akan menghasilkan bunyi [v] [f], sedangkan pertemuan
antara alveolar dan palatal akan menghasilkan bunyi retrofleks, yaitu [ɖ] dan [ʈ].
Berdasarkan cara artikulasinya bunyi bahasa
dibedakkan menjadi bunyi hambat, frikatif, nasal, getar, dan lateral. bunyi yg
keluar dari paru-paru melalui rongga mulut yg mngalami hambatan dan menghasilkan
konsonan hambat, tetapi jika hambatan itu dilepas akan menghasilkan bunyi
letupan atau plosif.
1)
Bunyi Bilabial
Bilabial
adalah bunyi bahasa yang dihasilkan oleh kedua bibir. Caranya, kedua bibir
ditutup secara rapat sehingga udara yg keluar dari paru-paru tertahan sejenak
sebelum kedua bibir itu dilepaskan dan udara mngalir bebas keluar dari mulut. Bunyi
bilabial yaitu [b] [p] [m] [w]. Bunyi [b] merupakan bunyi hambat bilabial
bersuara, [p] takbersuara. Pita suara akan bergetar ketika menghasilkan bunyi /b/
dan takbergetar bunyi /p/ sehingga /b/ disebut bunyi bilabial bersuara,
sedangkan /p/ bilabial takbersuara.
hampir semua
bunyi bilabial dapat mnduduki posisi awal, tengah, dan belakang kata, kecuali
semivokal [w] dan [y] yg hanya dapat menduduki posisi awal dan tengah.
Meskipun
fonem /b/ dilafalkan dengan [b] dan [bh] serta fonem /p/ dilafalkan
dengan [p] dan [ph]. kedua bunyi tersebut tidak mmbedakan makna
sehingga bunyi itu tidak termasuk bunyi yg distingtif, tetapi hanya dalam
bahasa jawa mmpunyai alofon [b] dan [bh], sedangkan fonem /p/
mmpunyai alofon [p] dan [ph].
2)
Bunyi Dental/Alveolar
Bunyi dental / alveolar adlah bunyi
bahasa yang dihasilkan oleh daun lidah yang menempel gigi/gusi depan atas
bagian dalam.
Caranya: udara dari paru-paru diletupkan
sambil melepaskan ujung lidah yang memempel pada gigi / gusi atas bagian
belakang dan bunyi yang dihasilkan adalah bunyi dental.
Dan yang termasuk bunyi dental /
Alveolar adalh [d], [t], [s], [n], [r], dan [l].
Dan dalam khazanah linguistik jawa,
bunyi dental/alveolar sering disebut swara untu “bunyi gigi”.
Contoh bunyi hambat dental bersuara [d]
dan tak bersuara [t] yang berada pad posisi awal dan tengah sering mengalami
aspirat, yaitu penambahan bunyi [h]:
dluwang [dluwaŋ]
‘kertas’
[dhluwaŋ]
‘kertas’
3)
Bunyi
Retrofleks
Bunyi Retrofleks adalah
bunyi yang di hasilkan oleh pelepasan ujung lidah bagian bawah yang menempel / menyentuh langit-langit
keras karena hembusan udara dari paru-paru.
Dalam khazanah
linguistik jawa, kedua bunyi retrofleks ini sering dilambangkan dengan “dh”
untukk bunyi [d] dan “th” untuk bunyi [t].
Contoh, bunyi hambat
retrofleks bersuara yang berada di posisi awal dan tengah.
Dhusun
[dusun] ‘kampung’
[dhusun] ‘kampung’
Padhang [padaŋ]
‘terang’
[padhaŋ] terang’
4)
Bunyi Palatal
Bunyi Palatal adalah
bunyi yang dihasilkan oleh pelepasan daun lidah yang menempel pada
langit-langit keras yang disertai hembusan udara dari paru-paru. Yang termasuk
bunyi palatal adalah [j], [c], [z], [l], [n], dan [y]. Dalam khaznanh
linguistik jawa, bunyi Palatal lazim disebut swara cethak.
5)
Bunyi Velar
Bunyi velar adalah bunyi yang dihasilkan
oleh rongga tenggorokan. Yang termasuk bunyi ini adalah:
a.
Bunyi [g]= merupakan
bunyi hambat velar bersuara, dihasilkan dengan menempelkan lidah pada langit langit lunak.merupakan bunyi distingtif. Contoh: graji [graji] ‘gergaji’
b.
Bunyi [k]= merupakan
bunyi hambat velar tak bersuara, dihasilkan dengan menempelkan lidah pada
langit langit lunak. Contoh : kawat
[kawat] ‘kawat’
c.
Bunyi [x]= bunyi
frikatif velar tak bersuara, dihasilkan dengan cara mendekatkan punggung lidah
kelangit langit lunak. Dalam bahasa jawa lebih cenderung menjadi bunyi [k].
Contoh : akhir [axir] dalam bahasa
indonesia akir [akir]
d.
Bunyi [n]= merupakan
bunyi nasal velar bersuara, dihasilkan apabila arus udara dari paru paru
dihambat oleh bagian belakang lidah sehingga arus udara keluar melalui hidung.
Contoh : ngaya [ngoyo] ‘ambisius’
Semua bunyi velar dalam bahasa jawa
dapat menduduki posisi awal,tengah dan akhir. Contoh: gusti= [gusti] ’tuan’
[ghusti] ‘tuan’
Fonem
[g] dalam bahasa jawa mempunyai alofon [g] dan [gha].
6)
Bunyi Glotal
a.
Bunyi [?] = bunyi
hambat glotal tak bersuara, dihasilkan dengan cara menahan arus udara pada
tenggorokan dengan cara bagian belakang lidah menyentuh anak tekak sehingga
udara yang telah keluar melalui pita suara tertahan ditenggorokan. Bunyi ini
terdapat tengah dan akhir kata. Contoh: takwa [ta?wa] ‘baju salat’, dakwa
[da?wo] ‘dakwa’
b.
Bunyi [h]= bunyi
frikatif glottal bersuara, dihasilkan dengan cara melewatkan arus udara diantara pita suara
yang menyempit sehingga menimbulkan bunyi desis dan arus udara yang keluar
tanpa mengalami hambatan , baik hambatan dirongga mulut maupun ditenggorokan.
Bunyi ini dapat menduduki awal,tengah dan akhir kata contoh: hara [horo] ‘ayo’
Paparan diatas memperlihatkan bahwa
fonem konsonan bahasa jawa mempunyai alofon
atau variasi yang didasarkan pada system lafal bahasa jawa. Salah
satunya bagan alofon konsonan adalah : /b/ = [b] [bh]
Dalam berbahasa jawa dapat membedakan bunyi hambat dental bersuara
[d] dengan hambat retrofleks tak bersuara [dh], [t] dengan [th], karena kedua
bunyi tersebut dalam bahasa jawa merupakan fonem yang berbeda. Contoh : adhi ‘adik’, puthu ‘nama makanan’
2.3 Konsonan Homorgan
Konsonan homorgan adalah konsonan yang
berasal dari satu daerah artikulasi . Yang merupakan bunyi homorgan adalah :
A.
Bunyi [b] dan [p]
B.
Bunyi [f] dan [v]
C.
Bunyi [d] dan [t]
D.
Bunyi [dh] dan [th]
E.
Bunyi [j] dan [c]
F.
Bunyi [g] dan [k]
Jika pada suatu sisi bunyi yang homorgan dikontraskan dan menyebabkan
perbedaan makna, sedangkan disisi lain bunyi yang homorgan dikontraskan dan
tidak menyebabkan perubahan makna, ini disebut fonem yang berbeda. Contoh:
bapak [bapa?] ‘bapak’ >< papak [papa?] ‘tumpul’ , bibit [bibit] ‘benih’ >< wiwit [wiwit] ‘mulai’
data diatas memperlihatkan bahwa bunyi
[b] dan [p] serta [b] dan [w] merupakan fonem yang mampu membedakan makna
,tetapi bunyi tersebut tidak dianggap alofon sebab prinsip dalam fonologi
generative one fonem once fonem
‘sekali fonem tetep fonem’ membawa dampak pada pengontrasan bunyi homorgan yang
tidak membawa perubahan makna , akibatnya bunyi [b] dan [w] merupakan variasi
bebas. Contoh: bulan [bulan]
‘bulan’>< wulan [wulan] ‘bulan’
Tidak ada komentar:
Posting Komentar