Ringkasan ini
berdasarkan ulasan P.J. Zoetmulder (1983:298-302) dan terjemahan Ignasius Kuntara
Wiryamartana (1990:124-182).
Niwātakawaca,
seorang raksasa (daitya) mempersiapkan diri untuk menyerang dan menghancurkan
kahyangan Batara Indra. Karena raksasa itu tak dapat dikalahkan, baik oleh
seorang dewa maupun oleh seorang raksasa, maka Batara Indra memutuskan untuk
meminta bantuan dari seorang manusia. Pilihan tidak sukar dan jatuh pada sang
Arjuna yang sedang bertapa di gunung Indrakīla. Namun sebelum Arjuna diminta
bantuannya, terlebih dahulu harus diuji ketabahannya dalam melakukan yoga,
karena ini juga merupakan jaminan agar bantuannya benar-benar membawa hasil
seperti yang diharapkan.
Maka tujuh orang
bidadari yang kecantikannya sungguh menakjubkan dipanggil. Kedua bidadari yang
terpenting bernama Suprabhā dan Tilottamā, mereka semua diperintahkan untuk
mengunjungi Arjuna lalu mempergunakan kecantikan mereka untuk merayunya.
Maka berjalanlah
para bidadari melalui keindahan alam di gunung Indrakīla menuju tempat
bertapanya sang Arjuna. Mereka beristirahat di sebuah sungai lalu menghias diri
dan membicarakan bagaimana cara terbaik untuk mencapai tujuan mereka.
Mereka sampai
pada gua tempat Arjuna duduk, terserap oleh samadi, lalu memperlihatkan segala
kecantikan mereka dan mempergunakan segala akal yang dapat mereka pikirkan guna
menggodanya, tetapi sia-sia belaka. Dengan rasa kecewa mereka pulang ke
kahyangan dan melapor kepada batara Indra. Namun bagi para dewa kegagalan
mereka merupakan suatu sumber kegembiraan, karena dengan demikian terbuktilah
kesaktian Arjuna.
Tertinggallah
hanya satu hal yang masih disangsikan: apakah tujuan Arjuna dengan mengadakan
yoga semata-mata untuk memperoleh kebahagiaan dan kekuasaan bagi dirinya
sendiri, sehingga ia tidak menghiraukan keselamatan orang lain? Maka supaya
dalam hal yang demikian penting itu dapat diperoleh kepastian, Indra sendiri
yang menjenguk Arjuna dengan menyamar sebagai seorang resi tua yang telah pikun
dan bungkuk. Sang resi tua ini berpura-pura batuk dan lalu disambut dengan
penuh hormat oleh sang Arjuna yang sebentar menghentikan tapanya dan dalam
diskusi falsafi yang menyusul terpaparlah suatu uraian mengenai kekuasaan dan
kenikmatan dalam makna yang sejati. Dalam segala wujudnya, termasuk kebahagiaan
di sorga, kekuasaan dan nikmat termasuk dunia semu dan ilusi; karena hanya
bersifat sementara dan tidak mutlak, maka tetap jauh dari Yang Mutlak.
Barangsiapa ingin mencapai kesempurnaan dan moksa, harus menerobos dunia wujud
dan bayang-bayang yang menyesatkan, jangan sampai terbelenggu olehnya. Hal
seperti ini dimengerti oleh Arjuna. Ia menegaskan, bahwa satu-satunya tujuannya
dalam melakukan tapa brata ialah memenuhi kewajibannya selaku seorang ksatria
serta membantu kakaknya Yudistira untuk merebut kembali kerajaannya demi
kesejahteraan seluruh dunia. Indra merasa puas, mengungkapkan siapakah dia
sebenarnya dan meramalkan, bahwa Batara Siwa akan berkenan kepada Arjuna, lalu
pulang. Arjuna meneruskan tapa-bratanya.
source :http://id.wikipedia.org/wiki/Kakawin_Arjunawiw%C4%81ha
Tidak ada komentar:
Posting Komentar