Kamis, 08 Januari 2015

Fonem Vokal



Bunyi vocal dibedakan berdasarkan posisi lidah dalam mulut, bentuk bibir, dan tingkat pembukaan mulut.
Fonem bahasa jawa dapat dibaca sebagai berikut:
/i/ merupakan vocal tertutup tinggi-kuat depan-tak bundar yang dihasilkan dengan posisi lidah bagian depan hampir menyentuh langit-langit dengan kedua bibir agak terentang ke samping;
/e/ merupakan vikal agak tertutup sedang-kuat depan-tak bundar yang dihasilkan dengan daun liddah dinaikan dan diiringi bentuk bibir yang netral, artinya, tidak terentang dan juga tidak membundar;
/Ə/ merupakan vocal sedang-tengah tak bundar atau vocal tengah pendek setengah tertutup yang dihasilkan dengan menaikan bagian tengah lidah dengan bentuk bibir netral;
/a/ merupakan vokal terbuka rendah-lemah tengah –takbundar atau vocal tengah pendek setengah terbuka yang dihasilkan dengan bibir netral;
/ɔ/ merupakan vocal agak terbuka sedang-lemah belakang-bundar atau belakang pendek terbuka yang dihasilkan dengan bentuk bibir kurang bundar atau tak bundar;
/o/ merupakan vocal agak tertutup sedang-kuat belakang-bundar yang dihasilkan dengan bentuk bibir bundar;
/u/ merupakan vocal tertutup belakang-bundar tinggi-kuat yang dihasilkan dengan meninggikan bagian belakang lidah dengan posisi kedua bibir agak maju kedepan dan agak membundar.
Jika bunyi [i] dan [I] tidak membedakan makna, kedua bunyi itu hanya merupakan alofon fonem /i/; jika bunyi [e] dan [] tidak membedakan makna, kedua bunyi itu hanya merupakan alofon fonem /o/; dan jika bunyi [u] dan [ʊ]  tidak membedakan makna, kedua bunyi itu hanya merupakan alofon /u/. namun, bunyi sedang- kuat belakang-bundar [o] dan bunyi sedang-lemah belakang-bundar [ɔ] dalam bahasa jawa ternyata membedakan makna.

1)             Vokal /i/
Vokal /i/ bahasa Jawa mempunyai dua alofon, yaitu i swara miring ‘bunyi i tegak’ yang dilambangkan dengan [i] dan i swara miring ‘bunyi i miring’ yang dilambangkan dengan [ɪ]. Bunyi [i] dapat menduduki posisi awal, tengah dan akhir kata.
idu [idu]                         lima [limɔ]                         mari [mari]
‘ludah’                           ‘lima’                           ‘sembuh’
Sementara bunyi [ɪ] hanya terletak pada kata yang berakhir dengan konsonan.
apik [apɪʔ]                      rawit [rawɪt]                cuwil [cuwɪl]
‘baik’                             ‘cabai rawit’                ‘patah’
Selain itu, bunyi [i] merupakan vokal tertutup tinggi-kuat depan-takbundar, sedangkan bunyi [ɪ] merupakan vokal tertutup tinggi-lemah depan-takbundar.
2)             Vokal /e/
Vokal /e/ bahasa Jawa mempunyai dua alofon, yaitu e suara jejeg ‘bunyi e tegak’ yang dilambangkan dengan [e] dan e suara miring ‘bunyi e miring’ yang dilambangkan dengan [ɛ]. Vokal /e/ lazim pula disebut e taling.  Bunyi [e] dapat menduduki semua posisi, baik di terletak pada awal dan tengah kata. Selain itu, bunyi [e] merupakan vokal agak tertutup sedang-kuat depan-takbundar, sedangkan bunyi [ɛ] merupakan vokal agak tertutup sedang-lemah  depan takbundar.
3)             Vokal /ə/
Vokal /ə/ dalam bahasa Jawa bukan merupakan alofon fonem /e/ melainkan merupakan  fonem tersendiri karena kedua bunyi itu dalam bahasa jawa dapat membedakan makna.
kere [kere]                      kere [kəre]
‘miskin’                          ‘tirai bambu pelindung panas’
kera [kerɔ]                     kera [kərɔ]
‘juling’                           ‘kurus’
geger [gɛgɛr]                 geger [gəgər]
huru-hara                       ‘punggung’
Vokal /ə/ ini dalm bahasa jawa lazim disebut e pepet. Vokal ini hanya terletak pada awal dan tengah kata.
4)             Vokal /a/
Dal khazanah linguistik Jawa vokal/a/ lazim disebut a swara miring ‘bunyi a miring’. Vokal ini dapat terletak di depan, tengah dan akhir kata. Namun, vokal/a/ yang terletak dpada akhir kata jumlahnya hanya 3, yaitu ora, boya, dan Kroya.
5)             Vokal /ɔ/
Vokal /ɔ/ dalam bahasa Jawa bukan merupakan alofon vokal /o/  melainkan merupakan vokal tersendiri karena keduanya mampu membedakan makna. Dalam linguistik Jawa vokal /ɔ/ lzim disebut a swara jejeg ‘bunyi a tegak’. Vokal ini dapat menduduki posisi awal, tengah, dan akhir kata.
6)             Vokal /o/
Vokal /o/ dalam tata bahasa Jawa lazim disebut o swara jejeg ‘bunyi o tegak’. Vokal ini dapat menduduku semua posisi baik di awa, tengah, maupun akhir kata. Bahasa Jawa di daerah Jawa Tengah bagian barat, bunyi [o] dan [ɔ] termasuk alofon.
7)             Vokal /u/
Vokal /u/ bahasa Jawa mempunyai dua alofon, yaitu u swara jejeg ‘bunyi u tegak’ yang dilambangkan dengan [u] dan u swara miring ‘bunyi u miring’ yang dilambangkan dengan [ʊ]. Bunyi [u] dapat menduduki posisi awal, tengah, dan akhir kata.
urip [urip]                      gula [gulɔ]                   madu [madu]
Sementara bunyi [ʊ] hanya terletak pada kata yang berakhiran konsonan.
biyung [biyʊŋ]               parut [parʊt]                           -
Selain itu bunyi [u] merupakan vokal tertutup belakang-bundar tinggi-kuat, sedangkan bunyi [ʊ] merupakan vokal tertutup belakang-bundar tinggi-lemah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar